CTE Translator

English French German Spain

Widget Google Translate by Tutorial Blogspot

Italian Dutch Japanese Korean Arabic Chinese

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI ALDEHIDA DAN KETON

Author Unknown - -
Home» , , , , , » LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI ALDEHIDA DAN KETON



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Senyawa karbon merupakan senyawa yang kelimpahannya banyak dan beragam di alam semesta. Aldehida dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil yang memiliki persamaan dan perbedaan baik dari segi sifat-sifat kimia, fisika dan kegunaan. Suatu aldehid memiliki satu gugus alkil atau aril dan satu hidrogen yang terikat pada karbon karbonil dengan rumus RCHO, sedangkan suatu keton mempunyai dua gugus alkil atau aril yang terikat pada karbon karbonil dengan rumus umum RCOR.
Aldehid dan keton umumnya mengalami reaksi pada gugus karbonil, oleh karena itu struktur dan sifat gugus karbonil diketahui terlebih dahulu. Gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom O oleh satu ikatan dan satu ikatan . Meski sama-sama merupakan senyawa organik yang memiliki gugus C sp2 yang terhubung dengan O namun dalam penggunaan kedua senyawa ini berbeda. Senyawa aldehid memiliki gugus karbonil yang mudah teroksidasi sedangkan keton tidak. Namun karena secara fisik kedua larutan ini memiliki sifat yang sama, maka dilakukanlah pengujian untuk aldehid dan keton dengan menggunakan uji tollen dan uji fehling A dan fehling B.

B.       Tanggal Praktikum
Kamis, 30 Januari 2014.

C.      Judul Praktikum
Identifikasi aldehida dan keton.

D.      Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi aldehida dan keton dengan pereaksi-pereaksi khusus.

E.       Alat dan Bahan
No.
Alat/Bahan
Jumlah
1
Tabung reaksi; ukuran 150 m × 16 mm
4 buah
2
Kawat kasa
1 buah
3
Kaki tiga
1 buah
4
Pembakar spiritus
Secukupnya
5
Pipet
5 buah
6
Gelas kimia; 100 ml
2 buah
7
Penjepit
1 buah
8
Aseton
10 tetes
9
Formaldehida (formalin)
10 tetes
10
Pereaksi Tollens
10 tetes
11
Fehling A
5 tetes
12
Fehling B
5 tetes
13
Air
Secukupnya



F.       Cara Kerja
1.        Siapkan dua buah tabung reaksi, kemudian isi masing-masing tabung dengan 10 tetes larutan formaldehida.
2.        Tambahkan kira-kira 10 tetes larutan Tollens ke dalam tabung 1.
3.        Siapkan penangas air (isi gelas kimia 250 ml dengan air hingga 2/3 tinggi gelas lalu letakan di atas nyala api.
4.        Panaskan campuran dalam tabung 1 menggunakan penangas air. Amati yang terjadi pada bagian dalam dinding tabung.
5.        Tambahkan 5 tetes larutan Fehling A dan 5 tetes Fehling B ke dalam tabung 2. Kocok hingga homogen.
6.        Siapkan panangas air, kemudian panaskan campuran dalam tabung 2 menggunakan air. Amati kembali yang terjadi.
7.        Ulangi langkah 1-6 menggunakan aseton sebagai pengganti formaldehida untuk tabung 3 dan tabung 4.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua gugus alkil yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid dapat berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk hidup. Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum (Fessenden, 1986).
Aldehid merupakan senyawa organik yang mengandung gugus –CO; namanya diturunkan dari asam yang terbentuk bila senyawa dioksidan lebih lanjut. Aldehid diperoleh pada pengoksidasian sebagian alkohol primer. Misalnya etil alkohol bila dioksidan menjadi asetaldehide yang bila dioksidan lagi akan menjadi asam asetat. Sedangkan keton senyawa dengan gugus karboksil terikat pada dua radikal hidrokarbon; keton yang paling sederhana adalah aseton. Aseton (dimetilketon) CH3COOH3 merupakan zat cair tanpa warna yang mudah terbakar mempunyai baud an rasa yang khas, digunakan sebagai pelarut dalam industri dan dalam laboratorium (Amiruddin, 1993).
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C = O. Jika dua gugus ini menempel pada gugus karbonil adalah gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen, maka senyawa tersebut adalah golongan aldehid. Oksida parsial dari alkohol menghasilkan aldehid. Oksidasi alkohol sekunder menghaslkan keton. Oksidasi bertahap dari etanol menjadi asetaldehida kemudian menjadi asam asetat yang diilustrasi dengan model molekul (Petrucci, 1987).
Walaupun reaksi adisi umum untuk aldehida, hanya sejumlah terbatas dari keton yang dapat membentuk hasil bisulfit dalam jumlah yang berarti. Aldehida yang lebih tinggi berlaku hampir sama, tergantung dari ukuran gugusan yang melekat, karena semua zat-zat ini mempunyai lebih kesamaan gugus formil, -CHO. Aseton bereaksi lebih lambat dan kurang luas, tetapi perubahannya tetap melampaui dari keadaan yang dapat diamati dari pencaran yang lebih tinggi. Dalam deret keton, yang mempunyai satu gugusan metil, reaksi berkurang (Louis, 1964).
Lignin dapat dihidrolisa menggunakan nitrobensen atau kombinasi etanol dan asam hidroklorat yang menghasilkan senyawa vanilin, siringaldehid, p-hydroksibenzaldehid, alfa-etoksipropioguaiakon, guaiasilaton, vaniloil metil keton atau hidroksibenzoil metil keton. Pada hasil penelitian ini hidrolisa secara kimiawi menghasilkan kenaikan monosakarida sampai 88% kandungan gula, tetapi proses ini merupakan kontrol positif dan diharapkan tidak diterapkan secara luas karena menggunakan zat toksik asam sulfat pekat dan encer (Susilaningsih, 2008).
Senyawa aldehid, keton dan ester mengalami reaksi pada gugus karbonil. Gugus karbonil bersifat polar dan memiliki orbital hibrida sp2 sehingga ketiga atom yang terikat pada atom karbon terletak pada bidang datar dengan sudut ikatan 120°. Ikatan rangkap karbon-oksigen pada gugus karbon terdiri atas satu ikatan σ dan satu ikatan π. Ikatan σ adalah hasil tumpang tindih satu orbital sp2 atom karbon dengan satu orbital p atom oksigen. Sedangkan ikatan π adalah hasil tumpang tindih orbital p atom karbon dengan orbital p yang lain dari oksigen. Dua orbital sp2 lainnya dari atom karbon digunakan untuk mengikat atom lain.atom oksigen gugus karbonil masih memiliki dua orbital dan terisi dua buah elektron, kedua buah elektron ini adalah orbital 2s dan 2p (Katja, 2004).
Keton terlibat dalam berbagai macam reaksi organik seperti contoh adalah Adisi nukleofilik atau reaksi keton dengan nukleofil menghasilkan senyawa adisi karbonil tetrahedral. Reaksi dengan reagen Grignard menghasilkan magnesium alkoksida dan setelahnya alkohol tersier reaksi dengan alkohol, asam atau basa menghasilkan hemiketal dan air, reaksi lebih jauh menghasilkan ketal dan air. Ini adalah bagian dari reaksi pelindung karbonil. reaksi RCOR' dengan natrium amida menghasilkan pembelahan dengan pembentukan amida RCONH2 dan alkana R'H, reaksi ini dikenal sebagai reaksi Haller-Bauer (1909). Reaksi keton juga merupakan Adisi elektrofilik yaitu  reaksi dengan sebuah elektrofil menghasilkan kation yang distabilisasi oleh resonansi. Reaksi enol dengan halogen menghasilkan haloketon-α, misalnya yang paling umum digunakan sebagai sumber antioksidan adalah α-tocopherol bermanfaat untuk mencegah atau menghambat autooksidasi dari lemak dan minyak. Reaksi pada karbon-α keton dengan air berat menghasilkan keton-d berdeuterium fragmentasi pada fotokimia reaksi Norrish (Praptiwi, et al., 2006).
Rendemen vanili yang dihasilkan dari oksidasi produk isomerisasi (yang masih berupa campuran reaksi). Produk oksidasi, yang berupa vanili 4, sangat mudah dikarakterisasi dengan spektrofotometer infra merah (IR), yaitu dengan mengamati munculnya pita serapan pada bilangan gelombang, (ν) = 1670 cm-1, yang merupakan pita serapan spesifik karbonil dari gugus aldehida pada vanili yang terikat langsung pada cincin aromatik (benzena). Reaksi penataan ulang sigmatropic hidrogen (1,3) dapat dilihat sebagai proses perpindahan hidrogen atau ikatan σ (sigma) pada sistem allil, yang berlangsung melalui mekanisme radikal bebas (Suwarso, 2002).




















BAB III
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

A.      Analisis Hasi Praktikum
No
Kegiatan
Pengamatan
Sebelum dipanaskan
Sesudah dipanaskan
1
Formalin+Fehling A+Fehling B
Warna biru, belum adanya endapan merah.
Warna merah bening, adanya endapan merah.
2
Formalin+Tollens
Warna hitam, langsung adanya cermin berwarna perak.
Warna putih, adanya cermin yang banyak.
3
Aseton+Fehling A+Fehling B
Warna biru, belum adanya endapan merah.
Warna biru agak merah, ada sedikit endapan merah.
4
Aseton+Tollens
Warna hitam, belum terdapat cermin perak.
Warna hitam agak bening, adanya cermin perak.

B.       Pembahasan
Senyawa aldehida dan keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil), atau dengan kata lain aldehid dan keton merupakan senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus penting di dalam kimia organik, yaitu gugus karbonil, C=O. Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehid dan keton. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika terdapat kemiripan sifat-sifat dari senyawa golongan aldehid dan keton.  Aldehida adalah senyawa organik yang karbon – karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen. Sedangkan keton adalah senyawa organik yang karbon- karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain. Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat mudah teroksidasi, atau dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang kuat. Karena keton tidak memiliki atom hidrogen istimewa ini, maka keton sangat sulit teroksidasi dengan senyawa lain. Jadi dengan penjelasan tersebut maka perbedaan antara sebuah aldehid dengan sebuah keton dapat diketahui. Aldehid dapat dioksidasi dengan mudah menggunakan semua jenis agen pengoksidasi, sedangkan keton tidak.
Aldehid lebih reaktif terhadap reaksi adisi nukleofilik dibandingkan dengan keton karena dua alasan yaitu, alasan pertama mengenai sterik (hal ihwal ruangan). Atom karbon karbonil pada keton mempunyai ruangan yang lebih sempit (dua gugus R) dibanding aldehid (satu gugus R dan satu H). Pada adisi nukleofilik, kedua gugus ini merapat (hibridisasi berubah dari sp2 menjadi sp3 dan sudut ikatannya menyempit dari 1200 menjadi 109,50), sehingga kesterikan yang ditimbulkan pada adisi terhadap aldehid lebih kecil dibanding terhadap keton. Alasan kedua mengenai elektronik. Gugus R basa (alkil) biasanya bersifat pemberi elektron dibanding dengan hidrogen. Karena itu ia cenderung menetralkan muatan positif parsial pada karbon karbonil, dan menurunkan reaktifitasnya terhadap nukleofil. Jika R bersifat penarik elektron (misalnya halogen), pengaruhnya berlawanan sehingga menaikkan reaktifitas terhadap nukleofil.
Aldehid lebih stabil dibandingkan dengan keton. Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke seluruh molekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron. Suatu keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan suatu aldehid yang hanya memiliki satu gugus R.
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengidentifiksi aldehida dan keton dengan pereaksi-pereaksi khusus. Pada percobaan ini, dilakukan uji pereaksi Fehling dan Tollens pada beberapa senyawa yaitu formalin dan aseton. Aldehid yang paling sederhana, yakni formalin yang mempunyai kecenderungan untuk berpolimerisasi. Cairan yang baunya agak tidak enak ini digunakan sebagai bahan dasar dalam industri polimer dan di laboratorium sebagai bahan pengawet untuk contoh binatang. Keton yang paling sederhana adalah aseton, suatu cairan yang berbau sedap yang digunakan terutama sebagai pelarut untuk senyawa organik dan pembersih cat kuku.
Pada pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan perekasi Fehling dan Tollens diperoleh hasil untuk membedakan antara senyawa aldehid dan keton. Pada formaldehida yang ditambah pereaksi fehling terdiri atas dua larutan yaitu Fehling A yang  terdiri dari larutan CuSO4 dan Fehling B yang terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida. Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka dihasilkan larutan biru tua. Bila dipanaskan dengan menambah aldehid maka terjadi endapan Cu2O yang berwarna merah bata.Untuk Pengamatan pada uji pereaksi Fehling, aseton tidak mengalami reaksi dengan pereaksi ini karena senyawa ini tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling, lalu untuk pereaksi Tollens juga menghasilkan cermin perak yang banyak.
Adapun senyawa keton yang dilibatkan dalam reaksi–reaksi pengujian ini adalah aseton. Aseton merupakan senyawa keton yang paling sederhana. Pada setiap pengamatan aseton setelah ditambah pereaksi Fehling ada sedikit endapan merah, dan untuk pereaksi Tollens adanya cermin perak yang agak sedikit.









BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis hasil praktikum, didapatkan bahwa Formalin ditambah pereaksi Fehling A dan Fehling B hasil akhirnya adanya perunahan menjadi merah dan adanya endapan merah, lalu dengan pereaksi Tollens dihasil kan cermin perak yang banyak.
Aseton ditambah pereaksi Fehling A dan B hasil akhirnya warna tetap biru dan adanya sedikit emdapan merah, lalu dengan pereaksi Tollens awarna tetap adanya sedikit cermin perak .

B.       Saran
Diperlukan praktikum yang lebih akurat lagi, agar hasilnya sesuai dengan teori yang telah ada.








DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik.
Erlangga: Jakarta.
Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga:
Jakarta.
Pine, Stanley. H. 1988. Kimia Organik I. Penerbit ITB: Bandung.

One Response so far.

Flag Counter